Sabtu, 10 April 2010

Tentang Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala

(gambar diambil dari www.savingadvice.com)

http://ricisan.wordpress.com/2009/11/24/tentang-ayah/

Comment:

Waktu saya pertama kali membaca artikel ini, tidak terasa air mata langsung menetes. Yah mungkin bukan cuma netes tapi saya juga menangis. Ayah saya meninggal dunia saat saya berusia 9 tahun. Ia meninggal dunia tepat pada bulan kelahiran saya. Ayah saya dan semua orang baru saja ikut merayakan ulang tahun saya. Waktu itu saya yakin itu menjadi ulang tahun terakhir saya yang bisa saya rayakan. Saya anak bungsu dari 4 bersaudara dan semua saudara saya laki-laki. Ayah saya selalu memanjakan saya.

Dia ayah yang tegas dan pekerja keras. Kadang ia bisa sangat marah kalau saya tidak belajar dengan baik, tidak mendapat nilai ulangan yang bagus atau kalau saya seharian main ke luar untuk lari-larian dan memanjat pohon di depan rumah atau di rumah orang lain..^^

Seingat saya, ia tidak pernah berdongeng tapi saya masih ingat bagaimana ia mengajarkan saya menaik sepeda dulu. Walaupun saya sudah menangis dengan lutut yang berdarah, ayah saya selalu bilang kepada saya untuk lagi dan lagi mencoba naik sepeda sampai saya bisa dan ia selalu mengawasi saya di belakang. Saya juga ingat waktu saya menyanyi di Gereja waktu kecil, ia di sudut kiri duduk dan tersenyum bangga melihat saya, pada waktu lagu itu selesai pun orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan adalah ayah saya. Juga saat kami semua bermain layang – layang dan kembang api. Itu semua kenangan terindah bersamanya.

Pada hari Minggu, 27 Februari 2000, ia mengantar kami ke Gereja. Setelah pulang dari Gereja, waktu itu ia masih sempat mengajari saya mengerjakan Pekerjaan rumah dan kembali memberi soal-soal untuk saya kerjakan seperti biasanya. Saya ingat ia bilang kalau ia tak enak badan, mama saya mengambil balsam dan ayah saya sudah di kamar. Tiba-tiba mama saya langsung berteriak dan berkata bahwa ayah saya kejang – kejang. Saya ingat sekali waktu itu, saya berdiri di samping ayah saya. Saya lihat matanya yang bulat melihat ke atas, dan seluruh tubuhnya kaku serta kejang. Waktu itu saya tidak terlalu mengerti tapi ikut merasakan kepanikan yang amat sangat. Semuanya kaget dan sibuk memanggil tetangga dan menelepon Ambulance. Tapi terlambat, ayah saya meninggal di jalan menuju Rumah Sakit. Saat di UGD saya sudah melihat ayah saya berbaring kaku di sebuah tempat tidur di sana dengan tangannya di atas perutnya. Ia sama sekali tidak bernapas dan tubuhnya kaku. Saya melihat mama saya yang menangis histeris dengan pandangan kosong.

Itu hari yang mengubah hidup saya. Mungkin kalau ia masih ada pasti ia pun akan bersikap seperti ayah yang ada di artikel di atas. Setiap kita punya cerita masing – masing tentang ayah. Mungkin saya tidak bisa melihat wajah marahnya juga saat ia bangga terhadap saya atau memegang tangannya yang besar lagi. Tetapi saya yakin ia sudah bahagia di Surga. Saya hanya berharap agar saya bisa membuat ia tersenyum dari Sana dan melihat ia bangga atas apa yang saya lakukan di dunia ini saat ia tidak ada lagi.